Dailytrend.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Pilkada di Era Media Digital: Memaksimalkan Pemilih Milenial dan Gen Z”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Senin, 7 Oktober 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Ibu Dr. Rosarita Niken Widiastuti, M.Si., sebagai pegiat literasi digital, serta Bapak Tri Wahyu Yunianto, S.T., yang merupakan CEO PT. Yusro.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.p Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menjelaskan bahwa pilkada serentak ini diadakan bersama-sama dikarenakan mempertimbangkan efisiensi perhatian atau fokus, agar seluruh masyarakat Indonesia fokus pada agenda ini lima tahun sekali. Beliau menambahkan bahwa pilkada di era digital sebenarnya sama dengan sebelum-sebelumnya, hanya berbeda dalan cara pendekatannya.
“Mungkin generasi boomers akan mudah terpengaruhi oleh pertemuan-pertemuan akbar, namun generasi milenial dan gen z tidak suka untuk berkumpul, sehingga perlu dilakukan kampanye melalui digital”, ucap Pak Kharis. Perbedaan yang mendasar ini tentunya perlu disiasati oleh para kandidat. Generasi boomers saat ini porsinya lebih kecil dibandingkan dengan generasi milenial dan gen Z, sehingga para kandidat perlu melakukan kampanye digital mengikuti generasi milenial dan gen Z.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Ibu Dr. Rosarita Niken Widiastuti, M.Si. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa karakter yang dimiliki pemilih gen Z yaitu memahami teknologi digital, individualistis, berorientasi dengan nilai, kritis, dan mencari informasi. Beliau juga mengingatkan akan pentingnya partisipasi milenial dan gen z dalam pilkada, dikarenakan suara masa depan memiliki potensi untuk mengubah arah politik, demokrasi yang kuat, perubahan positif, dan masa depan Indonesia. Ada beberapa tantangan dalam memobilisasi pemilih Milenial dan Gen Z yang disebutkan Bu Niken, diantaranya yaitu ketidakpercayaan, kurangnya kesadaran, akses informasi, dan keterlibatan politisi. “Strategi yang bisa digunakan dalam menarik Milenial dan Gen Z untuk berpartisipasi yaitu konten yang relevan, platform digital, dan pengalaman interaktif”, sebut Bu Niken.
Bapak Tri Wahyu Yunianto, S.T., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menambahkan data bahwa jumlah anak muda (milenial & Gen Z) menempati 57% komposisi pemilih. Mayoritas interaksi mereka berupa akses media sosial di platform berikut: Facebook (70%), Instagram (64%), dan X (33%). “Kebanyakan perilaku millennials yaitu membuat keputusan setelah mereka melihat, mengamati, serta mencari referensi yang memadai”, ucap Pak Wahyu. Beliau juga menambahkan bahwa pemuda lebih menyukai konten digital berupa video pendek / reels dengan durasi < 15 detik dengan caption yang menarik / membuat penasaran, sehingga hal itu bisa dijadikan sebagai peluang bagi para kandidat pemimpin untuk berkampanye.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab.
Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat empat pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.